WANITA
BERGELIMANG DUKA
Nur Faizah Ghufron |
Gadis bernama mariyah yang dilahirkan
didataran hilf qibtin ( mesir ) ,
sehingga dia di kenal dengan sebutan nama Mariyah Qibtinyah. Tubuh gadis itu
semampai rambutnya keriting selaras dengan wajah yang manis .
Selepas masa kanak – kanaknya , Mariyah
bersama saudara perempuannya sirin tinggal di istana muqaukis seorang pembesar
mesir dibawah kekuasaan byzamtium . bukan sebagai putrid istana , namun tak
lebih sebagai seorang budak. Sedangkan berita seorang kehadiran Rasul sudah sampai
ke negeri itu, apalagi setelah Rasulullah sendiri telah mengutus khotib Bin abi
balta’ah ke mesir membawa surat beliau tentang ajakan masuk agama islam. Dari
mengenali kisah Rasulullah SAW yang di sampaikan Khotib, Muaqukis percaya dan
kemudian beriman. Namun ia tak langsung masuk islam, di masih merasa sungkan
dengan rakyatnya.Muqaukis kemudian membalas surat Rasulullah SAW , sebagai
bukti penerimaan dan rasa simpatinya surat itu di kirimkan melalui Khotib dan
di sertai dua orang wanita sebagai hadiah. Dua orang wanita itu adalah Mariyah
dan kakaknya yang bernama Sirin.
Kemudian berangkatlah Mariyah
bersama sirin serta Khotib menuju ke madinah. Suatu perjalanan yang cukup jauh
dan melelahkan bagi seorang wanita seperti Mariyah dan sirin yang telah merasa
lebih berat untuk meninggalkan kampung halaman meraka. Selama perjalanan yang
memakan cukup waktu yang berhari – hari
itu , mariyah dan sirin mendapatkan kesempatan memperoleh dakwah tentang
ajaran agama islam dari khotib. Saat rombongan itu tiba di madinah , Rasulullah
dan para sahabatnya baru datang dari mekkah setelah perjanjian hudaibiyah.
Setelah beberapa waktu mereka tinggal di madinah , sirin dinikahi Hasan , dan
mariyah kibtiyah dinikahi Rasulullah sendiri. Suatu perkawinan politik yang
dilakukan oleh Rasulullah untuk keperluan pengembangan agama islam. Merasa
sebagai wanita hadiyah bathin mariyah sebenarnya cukup tersiksa. Ditambah lagi
harus menghadapi gelombang kecemburuan dari istri – istri Rasulullah yang lain,
terutama aisyah. Hanya karena kecintaannya kepada islam dan Rasulullah, mariyah
rela dan ikhlas menerima segalanya. Rasulullah sendiri memang cukup besar
memberi perhatian kepada istrinya yang satu ini. Jika istri – istri yang lain
di tempatkan dalam satu komplek perumahan ummul mu’minin, berbeda dengan
mariyah yang sengaja di tempatkan terpisah dan dititipkan dirumah hartsah bin
nu’aim. Setahun setelah menikah dengan Rasulullah , yang saat itu beliau telah
berumur 60 tahun, mariyah kemudian mengandung . kehamilannya ini sangat
menggembirakan hati Rasulullah setelah di tinggal 6 putra – putrinya dari istri
– istri yang lain.
Kehadiran bayi yang diberi nama
Ibrahim itu menjadi obat kerinduan Rasulullah , lebih – lebih bagi mariyah
sendiri yang jauh dari sanak saudara dan kampung halamannya. Namun sayang
ketika Ibrahim berusia 2 tahun , ia meninggal karena sakit panas , air mata
Rasulullah membasahi pipinya melepas kepergian putra-nya. Beliau sendiri
membopong dan meletakkan ke liang lahat , sebagai peristirahatan terakhir
putranya yaitu Ibrahim. Setelah kemudian Rasulullah wafat , tinggallah mariyah
yang hidup bergelimang duka . lima tahun lamanya sepeninggalan Rasulullah ia
hidup menjanda, selama itu pula dia memilih tinggal dirumah memisahkan diri
dari pergaulan umum. Selama ditinggal di madinah semasa pemerintahan khalifah
abu bakar , tak ada yang menemani mariyah kecuali sirin saudara perempuannya.
Sering karena tak tahan menanggung kesedihan hidupnya , mariyah pergi ke makam
putra dan suaminya. Disana ia menangis sepuas – puasnya, menumpahkan segala
kepedihan hatinya, sampai kemudian di panggil oleh Allah SWT . Wanita mesir
yang selalu bergelimang duka ini di makamkan di Baqi’ bersama para istri
Rasulullah SAW yang lain. (dikutip
oleh Nur Faizah Ghufran kelas 5 )